Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol Padang menyelenggarakan workshop pengembangan model integrasi sains dan agama yang berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 29 hingga 31 Juli 2024, di Hotel Pangeran Beach. Workshop ini bertujuan untuk mengurangi mispersepsi antara sains dan agama dengan menunjukkan bahwa kedua bidang ini sebenarnya dapat berinteraksi secara harmonis dan saling melengkapi.
Acara dibuka dengan refleksi dari Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol, yang menekankan bahwa antara sains dan agama tidak perlu diintegrasikan, karena agama sama sekali tidak bertentangan dengan sains. Agama dan sains terletak pada domain yang terpisah serta fungsi yang berbeda.
Workshop ini menghadirkan Hasanudin Abdurakhman, Ph.D., seorang Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.
Workshop ini juga bertujuan untuk mendapatkan perspektif baru tentang agama dan sains dalam rangka pengembangan kurikulum di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol Padang. Antara sains dan agama bisa didialogkan melalui pendekatan yang melihat keduanya sebagai cara yang saling melengkapi untuk memahami dunia. Meskipun ada tantangan, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi ini, termasuk pemahaman yang lebih holistik tentang kehidupan dan panduan moral dalam penerapan ilmu pengetahuan. Dialog terbuka dan kolaborasi antara ilmuwan dan teolog sangat penting untuk mencapai integrasi yang harmonis dan bermanfaat. mengembangkan kurikulum pendidikan yang holistik, mencakup aspek sains dan agama sehingga pembelajaran di kampus menjadi lebih menyeluruh dan bermakna. Dalam konteks ini, peserta workshop diharapkan dapat berkontribusi dalam menyusun model kurikulum yang mampu mendialogkan nilai-nilai spiritual dan ilmiah.
Dalam pemaparannya, Kang Hasan menyampaikan tentang bagaimana agama memandang alam yang ditinjau dari aspek tradisi, filsafat, dan agama itu sendiri. Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa tidak ada otoritas dalam sains, dalam artian Ilmuwan bisa punya pendapat pribadi tentang sains. Tapi pendapat dia akan diuji berdasarkan prinsip sains. Beberapa catatan penting yang disampaikan narasumber tentang sains bahwa sains tidak tahu semua hal, serta sains memberi jalan menuju pengetahuan.
menurut narasumber, Islamisasi sains adalah: 1) membangun fondasi epistemology yang selaras dengan Quran dan Sunnah untuk memandu metode dan scope riset, 2) integrasi konsep, memastikan sains dan teknologi sesuai dengan prinsip Islam, 3) reformasi metodologi, agar sesuai dengan prinsip Islam, 4) Institusionalisasi, membangun lembaga yang menjalankan praktik sesuai dengan konsep Islam, 5) Reformasi sosial budaya, mempromosikan iklim pengembangan sains dalam lingkungan bernilai Islam.
Terkait dengan pengembangan kurikulum, kuliah di perguruan tinggi harus berorientasi kompetensi. Penguasaan mahasiswa terhadap komptensi yang dibutuhkan untuk bisa diterima di dunia kerja, seperti entrepreneurship, leadership management, technical skill, analysis thinking, serta attitude. Di akhir penyampaiannya, beliau menekankan tentang “from dream to habit” yaitu dari mimpi kita menemukan inspirasi, dan dari kebiasaan kita menemukan pencapaian. Salam saintek!!!