Telah hadir Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang, bertekad melahirkan para ilmuwan berkepribadian integral sebagai seorang muslim dengan kualifikasi yang tidak perlu diragukan.
“Ini perjalanan ilmu pengetahuan. Dari segi politik islam, Kita (red-UIN IB) punya ruang yang lebih terbuka untuk mengembalikan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, tidak hanya ilmu yang segini. Banyak ilmu lain juga merupakan bagian dari Islam,” ujar Dekan Fakultas Saintek UIN IB Padang, yang baru saja dilantik 8 Januari 2020, Yasrul Huda pada SumbarFokus, baru-baru ini.
Berkesempatan menjumpai akademisi lulusan S3 Universiteit Leiden, Belanda, tersebut, SumbarFokus berbincang mengenai visi dan misi fakultas baru yang dinahkodainya. Didampingi salah seorang Dosen Bahasa Arab, pemerhati Minangkabau yang juga Doktor Sastra Islam, Yulizal Yunus, Yasrul Huda memaparkan mengenai tujuan mulia lahirnya Fakultas Saintek di UIN IB Padang.
“Bagi Saya, bagaimana pendidikan menjadi baik. Pertama adalah untuk mengedukasi masyarakat. Kemudian, Kita punya misi. Siapa yang menciptakan ulama, kalau tidak lembaga ini (red-UIN),” sebut Yasrul.
Disampaikan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) sendiri, yang kemudian berkonversi menjadi UIN, punya sejarah panjang di Indonesia. Ketika di tahun 1950-an Bung Hatta menyerukan didirikannya pendidikan Islam, mulailah lahir pendidikan berbasis Islam, yang dulu lulusannya disiapkan untuk jadi hakim di pengadilan agama. Pendidikan dan lembaganya jadi dualisme. Lembaga pendidikan agama bernaung di bawah Kementerian Agama, sedangkan lembaga pendidikan umum di bawah Dinas.
Dari sudut pandang lembaga pendidikan Islam sendiri, lulusannya perlu membawa misi agama. Tidak hanya menjadi ahli dalam ilmu umum, lulusan lembaga pendidikan Islam merupakan seorang misionaris yang membawa misi agama.
“Maka muncullah IAIN Imam Bonjol Padang, dengan fakultas yang ada awalnya adalah Fakultas Adab, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Dakwah, Fakultas Ushuluddin, dan Fakultas Syariah,” kata Yasrul.
Namun kemudian, muncul pemikiran perlunya dilakukan transformasi. Setelah masa Orde Baru berlalu, masa Reformasi memberikan iklim kondusif bagi IAIN bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri. Dimulai dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bertransformasi menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbuka pintu bagi dibukanya fakultas-fakultas baru yang sesuai dengan ruang lingkup sebuah universitas.
Sejak ide perubahan IAIN menjadi UIN berkembang di tahun 2013, untuk UIN IB Padang sendiri baru menerapkan di tahun 2017. Sementara, di Sumatera, IAIN IB Padang termasuk pelopor lembaga pendidikan berbasis Islam.
“Hampir 20 tahun sejak Reformasi, kita baru nyampai sekarang,” imbuh Yasrul Huda.
Di tahun 2017 itu juga, pihak kampus mengusulkan didirikan Fakultas Saintek, yang basis awal sebenarnya telah ada di Fakultas Tarbiyah. 2019, barulah izin keluar bagi fakultas baru yang bercita-cita sangat mulia ini.
“Bagaimana kita meng-islam-kan semua ilmu. Kita lihat komparasi tempat lain. Kita harus pastikan bahwa umat Islam bisa menciptakan peradaban sendiri, berbasis Islam. Kita tidak boleh membuat peradaban berbasiskan kebudaya lain, Eropa misalnya. Mereka menciptakan kemajuan berdasarkan kebudayaan sendiri,” tutur Yasrul.
Dengan adanya Fakultas Saintek di UIN IB Padang ini, Yasrul yakin, peran UIN IB Padang dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkepribadian integral, notabene muslim, akan semakin kental.
““We are responsible, we are in position in doing the mission (red-Kami bertanggungjawab, kami ada di posisi yang tepat untuk menjalankan misi tersebut). Kita sudah bergerak maju satu langkah, satu langkah yang sangat penting, setidaknya bagi UIN IB,” katanya.
Dekan Fakultas Saintek UIN Imam Bonjol Padang Yasrul Huda (paling kanan), saat dilantik bersamaan dengan pelantikan Dekan Fakultas Syariah Sobhan Lubis (tengah). (Foto: Ist.)
Ada dua Prodi, segera bertambah dan diakreditasi
Fakultas Saintek UIN IB Padang saat ini menyajikan dua Program Studi (Prodi), Sistem Informasi dan Matematika.
“Sekarang sudah ada dua kelas. Ada 35 mahasiswa untuk Sistem Informasi dan ada 20 mahasiswa untuk Matematika. Sekarang masuk semester dua. Tahun depan, Kita akan rekrut masing-masing jurusan itu dua kelas,” terang Yasrul.
Pihaknya, disebutkan, juga akan segera mengurus akreditasi kedua jurusan tersebut dan mengusulkan beberapa Prodi baru, seperti Arsitektur, Desain Produk, Aktuaria, dan Teknologi Informasi.
“Itu yang sudah disiapkan. Tim sudah mulai jalan. Tinggal apakah Dikti beri lampu hijau. Kita sudah bisa ajukan atau tidak. Induk kita kan dua, Depag dan Dikti,” tambah Yasrul.
Saat ini, telah ada 12 orang dosen yang berlatarbelakang pendidikan berkualifikasi. Diketahui, Prodi Aktuaria relatif Prodi yang masih langka di Indonesia, yang merupakan gabungan dari Matematikan dan Statistik. Saat ini, baru ada dua kampus Negeri di Indonesia yang memiliki Prodi ini, salah satunya adalah di ITB, Bandung.
Yasrul menyatakan sangat yakin dengan lahirnya Fakultas Saintek UIN IB Padang ini.
“Iklim kita sangat kondusif, kita punya nilai historis yang sangat kuat, adat yang kuat, komunitas muslim yang kuat. … Misi itu apa, meneruskan tradisi Islam, ajaran Islam. Pilihannya, apakah Kita sebagai muslim akan menciptakan peradaban sendiri atau mengikuti peradaban orang lain? Fakultas Saintek menjadi solusi bagi hal ini,” optimisme Yasrul.
Dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Minangkabau yang juga Doktor Sastra Islam, Yulizal Yunus, menambahkan, keberadaan Fakultas Saintek UIN IB Padang ini penting dilirik oleh semua kalangan pendidikan. Keberadaan Fakultas ini menyokong upaya mewujudkan SDM yang tangguh karena selain punya keahlian, mereka juga akan menjalankan misi mereka seutuhnya sebagai seorang khalifah di muka bumi, sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.
“Mereka (red-mahasiswa) akan dididik menjadi ilmuwan sekaligus menjadi seorang muslim sejati. Seorang Master Sains bisa jadi ahli di bidang Sains, tapi belum tentu paham bagaimana menjadi seorang muslim sejati. Itu salah satu misi. Dan ini yang dilakukan oleh Fakultas Saintek tersebut,” sebut Yulizal.
Ditegaskan Yulizal, dalam Islam tidak ada beda ilmu. Semua ilmu merupakan bagian dari agama. Misalkan Sastra, bukan Sastra Arab saja yang bisa dipelajari, Sastra Cina, Sastra Rusia, semua ilmu Sastra merupakan bukti kebesaran Allah.
“Di UIN, integralitas itu diwujudkan,” sebutnya.
Pemerhati Minangkabau, Doktor Sastra Islam, yang juga salah seorang dosen Bahasa Arab di UIN Imam Bonjol Padang, Yulizal Yunus. (Foto: Yeyen)
Program unggulan
Dekan Fakultas Saintek UIN IB Padang Yasrul Huda menyampaikan, dirinya akan membuat program-program unggulan yang menyokong peningkatan kapasitas, baik mahasiswa fakultas maupun tenaga pengajar fakultas itu sendiri.
Pihaknya akan menyusun indikator-indikator seperti kemampuan bahasa, penyelesaian masalah, berpikir kritis, dan adjusment untuk menciptakan lulusan yang berkualitas.
“Dosen juga, tidak hanya teaching. Mereka juga akan berkompetisi, melakukan riset, seminar, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Mereka juga disiapkan untuk studi S3 bagi yang belum. Ekspektasi kita juga bukan hanya Sumbar. Kita harus bisa menembus multikultural, negara-negara lain. Kita akan mulai kelas internasional, supaya kita bisa menga-attract mahasiswa luar negeri,” papar Yasrul penuh keyakinan.
Diketahui, saat ini, selain menampung mahasiswa lokal, UIN IB Padang juga menampung mahasiswa dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand. Fakultas Saintek sendiri, disebut Yasrul, juga akan melakukan program student exchange dan lecturer exchange, demi terus meningkatkan kapasitas fakultas dan lulusan yang dihasilkan. (003)
Sumber : https://www.sumbarfokus.com